Bagi Anda yang ingin belajar menulis, ingin tulisannya dipublikasikan di media cetak atau diterbitkaan menjadi buku, atau sekadar ingin tahu lebih dalam tentang dunia kepenulisan. Jangan sia-siakan kesempatan ini. Pendaftaran angkatan ’10 FLP Wilayah Jambi telah dibuka.
Pendaftaran dibuka mulai tanggal 1 maret –7 april 2011
Syarat Pendaftaran
1. Mengisi formulir pendaftaran
formulir bisa diambil langsung di sekretariat FLP atau bisa download di sini
2. Menyerahkan foto terbaru ukuran 3×4 dua lembar
3. Menyerahkan foto copy KTP/Kartu Pelajar
4. Memberikan satu karya tulis terbaik minimal satu halaman
5. Membayar uang Pelatihan Rp 100.000,-
6. formulir diserahkan langsung ke Sekretariat FLP Wilayah Jambi
Fasilitas:
* Mendapat pelatihan kepenulisan (dibimbing oleh pakar dan para penulis profesional sesuai dengan bidangnya)
* Mendapat sertifikat kepenulisan
Info lebih lanjut bisa datang langsung ke Sekretariat FLP Wilayah Jambi
Jln. Kol. Amir hamzah, No 4 Sei Kambang Jambi 36122
Cs: kaderisasi (085273236411)
flp_jambi@yahoo.com
Minggu, 06 Maret 2011
Negeri Cinta Batanghari
NEGERI CINTA BATANGHARI
Berlian Santosa dan 25 Penulis Muda Jambi
Muhyidin NR, Tommy Pandiangan, Syarifah Lestari, Rinita Istiqomah,
Mei Sarah, Argi Alkautsar, Sari Mazwar, Firman Hidayat, Melida Zirina,
Achmad Febrianto, Dimas Adika, Sukma Puspitorini, Yoke Subandi, Nurjaya SS,
Resfita Renny, Ana Wahyuni Arib, Sumarno Azizy, Jiharka Flower’s,
Wahyu Indah Dewi Aurora, Kalam Nur, Fani Aulia Mutmainnah,
Muriana Hasan, Murat Tuty Endratno, Junita Fitriani
Gong Publishing
CV Gong Media Cakrawala
Komplek Hegar Alam 40
Serang 42118
Editor in Chief: Gol A Gong
Editor: Toto ST Radik
Layout: Tim Kreatif Gong Publishing
Desain Sampul: Tri Isti
Diterbitkan Pertama Kali
Oleh Gong Publishing
Cetakan pertama, Maret 2011
Perpustakaan Nasional:
Katalog dalam terbitan (KDT) SANTOSA, Berlian
Negeri Cinta Batanghari/Oleh Berlian Santosa Dkk : GONG Publishing, 2011,
ISBN : 978 – 602 – 97614 – 6 - 7
Didistribusikan oleh:
Barometerbooks
Jl. Halim Perdana Kusuma, No. 12 B
Kebonpala, Kramat Jati, Jakarta Timur
Tlp:021 922 30 566
DAFTAR ISI
(i) Sekapur Sirih: Cinta Ala Jambi
(ii) Pengantar: Negeri Cinta Batanghari, Sebuah Local Genius
1. Dongeng Wak Kuncai – Berlian Santosa
2. Harimau-harimau – Muhyidin NR
3. Kupu-kupu Kain Belacu – Tommy Pandiangan
4. Cincin Pinto-pinto – Rini A. Rahman
5. Gadis Tempias Senja – Argi Alkautsar
6. Sakai – Sari Mazwar
7. Empat Puluh Delapan Jam – Mei Sarah
8. Purnama Tiga Belas – Sukma Puspitorini
9. Anak Lumang – Melida Zirina
10. Si Ujek – Dimas Adika
11. Rahasia Bik Ningjut – Achmad Febrianto
12. Pernikahan – Nurjaya SS
13. Biarkan Aku Tetap Botak – Syarifah Lestari
14. Paksu – Resfita Renny
15. Medical Report Bang Syahibak – Yoke Subandi
16. Fajar Kesiangan – Ana Wahyuni Arib
17. Sebilo Paneh – Sumarno Azizy
18. Pulau Buayo – Jiharka Flower’s
19. Subuh Itu Tumpah – Wahyu Indah Dewi Aurora
20. Pelangi Hati Maira – Kalam Nur
21. Putri Tidur – Fani Aulia Mutmainnah
22. Fajar Menyingsing di Tanjung Putus - Muriana Hasan
23. Menanti Bapak – Firman Hidayat
24. Gadis Mungilku – Murat Tuty Endratno
25. Gugurnya Melati – Junita Fitriani
***
(i)
Sekapur Sirih:
CINTA ALA JAMBI
Negeri Cinta Batanghari. Adalah sebuah buku antologi yang berisikan 25 penulis muda Jambi dengan semangat menyosialisasikan sebuah negeri nan elok dengan sejarah dan budaya Melayu yang tinggi yang dipersembahkan melalui karya fiksi.
Jambi bukan saja terkenal dengan Batanghari sebagai sungai terpanjang di Sumatera; mengalir dari hulu di daerah Sumbar sampai bermuara di Selat Berhala di Laut Cina Selatan, Gunung Kerinci sebagai gunung tertinggi di Sumatera dan kedua tertinggi di Indonesia. Atau Candi Muaro Jambi sebagai kawasan candi terluas se-Asia Tenggara dan menjadi situs purbalaka yang dicagarkan oleh pemerintah dan dunia. Bukan hanya itu.
Sebagaimana adagium adat Pucuk Jambi Sembilan Lurah, Batangnyo Alam Rajo yang artinya “Pucuk” yaitu ulu dataran tinggi, “Sembilan Lurah” yaitu sembilan negeri atau wilayah dan “Batangnyo Alam Rajo” yaitu daerah teras kerajaan Jambi yang terdiri dari duabelas suku atau daerah menghasilkan ragam budaya dan sejarah lama dan dalam, Jambi memiliki banyak khasanah yang belum tergali dan terekspos dengan baik di kancah nasional terutama khazanah budayanya.
Di sini, 25 penulis muda Jambi berkeinginan kuat untuk menyuguhkan kepada pembaca yang haus akan informasi tentang perkawinan multi budaya dan kearifan lokal Jambi, baik masa kini maupun masa lalu dengan cerita yang beragam.
Walau latar yang dipakai para penulis ini memang tentang Jambi, namun masalah yang digarap sangatlah beragam; tentang kehidupan sosial dan kritik sosial, teluh, Orang Rimba (Suku Anak Dalam), budaya masyarakat di seberang kota, keterkaitan manusia dengan alam, menyinggung tentang transmigrasi, kemiskinan, bahkan politik dan percintaan remaja. Semua ada di buku ini.
Uniknya, dari 25 penulis ini ternyata kurang dari 10% pernah masuk media lokal dan nasional. Selebihnya adalah “pemain baru” dalam kancah kepenulisan dan belum pernah memublikasikan karyanya.
Buku ini jelas berbicara tentang cinta. Tidak hanya kepada manusia namun juga keterkaitan kepada alam, budaya, adat istiadat dan lingkungan di negeri Jambi. Sudah sepatutnya lahir naskah-naskah lokal demi memperkaya khasanah literasi nasional yang tentunya Jambi pun dapat melahirkan tulisan apik berikut penulis-penulis baru yang berkompeten.
Jika Jambi sangat sedikit menghadirkan naskah fiksi (selama ini mungkin lebih banyak ke arah kumpulan puisi) untuk dikonsumsi pembaca nasional, semoga buku ini menjadi jawaban atas kekeringan itu. Diharapkan pula, dengan hadirnya buku ini menjawab tantangan, bahwa Jambi bisa bersuara di tingkat nasional dengan naskah yang layak, cantik dengan nuansa Melayunya, indah dan beragam dengan sejarah dan budayanya yang elok.
(seperti yang terangkum di hal.11,Koran jambi independent,hari minggu 20 feb 2011)
Berlian Santosa
Ketua Forum Lingkar Pena Jambi
(ii)
Pengantar:
NEGERI CINTA BATANGHARI, SEBUAH LOCAL GENIUS
Apa yang menarik bagi pembaca ketika berhadapan dengan sebuah teks? Tentu saja banyak hal, di antaranya adalah kebaruan dan sesuatu yang mungkin belum dikenalnya. Eksplorasi rasa ingin tahu dan jarak antar pengetahuan itulah yang mendorong budaya dan ilmu pengetahuan berkembang. Forum Lingkar Pena sebagai wadah bagi para pegiat aktifitas membaca, menulis, meneliti, dalam disiplin universalitas Islam dan keorganisasian memiliki semangat ini. Sejak tahun 1997 hingga saat ini, terus menerus bermunculan wajah-wajah baru para penulis muda, dari para pendahulunya seperti Helvy Tiana Rosa, Asma Nadia, Izzatul Jannah, Muthmainnah, Irfan Hidayatullah, Gol A Gong, Pipiet Senja, Habiburahman El-Shirazy, Ali Muakhir, Halfino Berry, Afifah Afra, Sinta Yudisia hingga kemudian bermunculan penulis-penulis muda usia seperti Benny Arnas, Deny Prabowo, A. Fuadi, Rahmadiyanti, Aries Adenata, hingga para penulis muda dari Jambi seperti Berlian Santosa, Muhyidin NR, Mei Sarah dan lain-lain.
Jika para pendahulu Forum Lingkar Pena membawakan teks yang terkait dengan zamannya, yakni saat munculnya gairah keislaman pada tahun 1990-an dengan tegas, dan lokalitas Islam yang cenderung hitam-putih, maka saat ini para penulis muda FLP membawakan teks dengan muatan konteks yang lebih baur, lentur dan luwes dalam tendensnya, diantaranya dengan memilih nilai-nilai kearifan lokal. Salah satu ciri itu terungkap dalam antologi ini.
Dalam disiplin antropologi dikenal istilah local genius. Local genius ini merupakan istilah yang mula pertama dikenalkan oleh Quaritch Wales. Para antropolog membahas secara panjang lebar pengertian local genius ini (Ayatrohaedi, 1986). Antara lain Haryati Soebadio mengatakan bahwa local genius adalah juga cultural identity, identitas/kepribadian budaya bangsa yang menyebabkan bangsa tersebut mampu menyerap dan mengolah kebudayaan asing sesuai watak dan kemampuan sendiri (Ayatrohaedi, 1986:18-19). Sementara Moendardjito (dalam Ayatrohaedi, 1986:40-41) mengatakan bahwa unsur budaya daerah potensial sebagai local genius karena telah teruji kemampuannya untuk bertahan sampai sekarang. Ciri-cirinya adalah mampu bertahan terhadap budaya luar, memiliki kemampuan mengintegrasikan unsur budaya luar ke dalam budaya asli, mempunyai kemampuan mengendalikan, dan mampu memberi arah pada perkembangan budaya maupun mengakomodasi unsur-unsur budaya luar.
Dalam cerpen-cerpen antologi “Negeri Cinta Batanghari” ini, kawan-kawan penulis muda FLP Jambi berupaya menghadirkan wajah lokal untuk menarik pembaca tentang kearifannya. Simak, kelucuan bercampur gaya ironi yang dihadirkan oleh Berlian Santosa dalam Dongeng Wak Kuncai, sebuah sindiran halus bagi para pemimpin tentang performa mereka di hadapan rakyatnya. Saya yakin Anda akan terkesima. Tak percaya? Silakan saja Anda lanjut membacanya. Saya yakin Anda bersepakat dengan Saya.
Salam.
Izzatul Jannah
Ketua Umum FLP periode 2009-2013
APA KATA MEREKA TENTANG “NEGERI CINTA BATANGHARI”:
”Saatnya para penulis di luar Jawa mewarnai kesusastraan Indonesia. Mereka membawa warna lokal yang khas dan memperkaya pembaca. (Gol A Gong, Ketua forum Taman Bacaan masyarakat Indonesia)
“Mereka adalah potensi yang ter(di)sembunyikan oleh hegemoni kebudayaan lokal. Teruslah melangkah. Masa depan kebudayaan (sastra) Jambi ada pada mereka.” (Nurul Fahmy, Redaktur Budaya Koran Jambi Independent).
“Kawan-kawan penulis muda FLP Jambi berupaya menghadirkan wajah lokal untuk menarik pembaca tentang kearifannya.” (Izzatul Jannah, Ketua Umum Forum Lingkar Pena Pusat)
“Negeri Cinta Batanghari menunjukkan bahwa Jambi kaya akan tema eksotik. Dan pengarang-pengarang dalam buku ini, bukan sekedar berbakat, tapi juga berani mengekspresikan kegelisahan dengan menjadikan tradisionalitas sebagai unsur pembangun karya. Tabik! (Benny Arnas, Cerpenis, Peraih Krakatau Award 2009-2010)
“Negeri Batanghari? Jadi ingat sungai Batanghari Sembilan, yang mengalir di tanah Jambi. Sukses buat kumcernya. Smg kumcer serupa bermunculan dr tiap daerah. Membawa tema kearifan lokal.” (Edelwise Ayyesha Tsurayya, facebooker)
***
Berlian Santosa dan 25 Penulis Muda Jambi
Muhyidin NR, Tommy Pandiangan, Syarifah Lestari, Rinita Istiqomah,
Mei Sarah, Argi Alkautsar, Sari Mazwar, Firman Hidayat, Melida Zirina,
Achmad Febrianto, Dimas Adika, Sukma Puspitorini, Yoke Subandi, Nurjaya SS,
Resfita Renny, Ana Wahyuni Arib, Sumarno Azizy, Jiharka Flower’s,
Wahyu Indah Dewi Aurora, Kalam Nur, Fani Aulia Mutmainnah,
Muriana Hasan, Murat Tuty Endratno, Junita Fitriani
Gong Publishing
CV Gong Media Cakrawala
Komplek Hegar Alam 40
Serang 42118
Editor in Chief: Gol A Gong
Editor: Toto ST Radik
Layout: Tim Kreatif Gong Publishing
Desain Sampul: Tri Isti
Diterbitkan Pertama Kali
Oleh Gong Publishing
Cetakan pertama, Maret 2011
Perpustakaan Nasional:
Katalog dalam terbitan (KDT) SANTOSA, Berlian
Negeri Cinta Batanghari/Oleh Berlian Santosa Dkk : GONG Publishing, 2011,
ISBN : 978 – 602 – 97614 – 6 - 7
Didistribusikan oleh:
Barometerbooks
Jl. Halim Perdana Kusuma, No. 12 B
Kebonpala, Kramat Jati, Jakarta Timur
Tlp:021 922 30 566
DAFTAR ISI
(i) Sekapur Sirih: Cinta Ala Jambi
(ii) Pengantar: Negeri Cinta Batanghari, Sebuah Local Genius
1. Dongeng Wak Kuncai – Berlian Santosa
2. Harimau-harimau – Muhyidin NR
3. Kupu-kupu Kain Belacu – Tommy Pandiangan
4. Cincin Pinto-pinto – Rini A. Rahman
5. Gadis Tempias Senja – Argi Alkautsar
6. Sakai – Sari Mazwar
7. Empat Puluh Delapan Jam – Mei Sarah
8. Purnama Tiga Belas – Sukma Puspitorini
9. Anak Lumang – Melida Zirina
10. Si Ujek – Dimas Adika
11. Rahasia Bik Ningjut – Achmad Febrianto
12. Pernikahan – Nurjaya SS
13. Biarkan Aku Tetap Botak – Syarifah Lestari
14. Paksu – Resfita Renny
15. Medical Report Bang Syahibak – Yoke Subandi
16. Fajar Kesiangan – Ana Wahyuni Arib
17. Sebilo Paneh – Sumarno Azizy
18. Pulau Buayo – Jiharka Flower’s
19. Subuh Itu Tumpah – Wahyu Indah Dewi Aurora
20. Pelangi Hati Maira – Kalam Nur
21. Putri Tidur – Fani Aulia Mutmainnah
22. Fajar Menyingsing di Tanjung Putus - Muriana Hasan
23. Menanti Bapak – Firman Hidayat
24. Gadis Mungilku – Murat Tuty Endratno
25. Gugurnya Melati – Junita Fitriani
***
(i)
Sekapur Sirih:
CINTA ALA JAMBI
Negeri Cinta Batanghari. Adalah sebuah buku antologi yang berisikan 25 penulis muda Jambi dengan semangat menyosialisasikan sebuah negeri nan elok dengan sejarah dan budaya Melayu yang tinggi yang dipersembahkan melalui karya fiksi.
Jambi bukan saja terkenal dengan Batanghari sebagai sungai terpanjang di Sumatera; mengalir dari hulu di daerah Sumbar sampai bermuara di Selat Berhala di Laut Cina Selatan, Gunung Kerinci sebagai gunung tertinggi di Sumatera dan kedua tertinggi di Indonesia. Atau Candi Muaro Jambi sebagai kawasan candi terluas se-Asia Tenggara dan menjadi situs purbalaka yang dicagarkan oleh pemerintah dan dunia. Bukan hanya itu.
Sebagaimana adagium adat Pucuk Jambi Sembilan Lurah, Batangnyo Alam Rajo yang artinya “Pucuk” yaitu ulu dataran tinggi, “Sembilan Lurah” yaitu sembilan negeri atau wilayah dan “Batangnyo Alam Rajo” yaitu daerah teras kerajaan Jambi yang terdiri dari duabelas suku atau daerah menghasilkan ragam budaya dan sejarah lama dan dalam, Jambi memiliki banyak khasanah yang belum tergali dan terekspos dengan baik di kancah nasional terutama khazanah budayanya.
Di sini, 25 penulis muda Jambi berkeinginan kuat untuk menyuguhkan kepada pembaca yang haus akan informasi tentang perkawinan multi budaya dan kearifan lokal Jambi, baik masa kini maupun masa lalu dengan cerita yang beragam.
Walau latar yang dipakai para penulis ini memang tentang Jambi, namun masalah yang digarap sangatlah beragam; tentang kehidupan sosial dan kritik sosial, teluh, Orang Rimba (Suku Anak Dalam), budaya masyarakat di seberang kota, keterkaitan manusia dengan alam, menyinggung tentang transmigrasi, kemiskinan, bahkan politik dan percintaan remaja. Semua ada di buku ini.
Uniknya, dari 25 penulis ini ternyata kurang dari 10% pernah masuk media lokal dan nasional. Selebihnya adalah “pemain baru” dalam kancah kepenulisan dan belum pernah memublikasikan karyanya.
Buku ini jelas berbicara tentang cinta. Tidak hanya kepada manusia namun juga keterkaitan kepada alam, budaya, adat istiadat dan lingkungan di negeri Jambi. Sudah sepatutnya lahir naskah-naskah lokal demi memperkaya khasanah literasi nasional yang tentunya Jambi pun dapat melahirkan tulisan apik berikut penulis-penulis baru yang berkompeten.
Jika Jambi sangat sedikit menghadirkan naskah fiksi (selama ini mungkin lebih banyak ke arah kumpulan puisi) untuk dikonsumsi pembaca nasional, semoga buku ini menjadi jawaban atas kekeringan itu. Diharapkan pula, dengan hadirnya buku ini menjawab tantangan, bahwa Jambi bisa bersuara di tingkat nasional dengan naskah yang layak, cantik dengan nuansa Melayunya, indah dan beragam dengan sejarah dan budayanya yang elok.
(seperti yang terangkum di hal.11,Koran jambi independent,hari minggu 20 feb 2011)
Berlian Santosa
Ketua Forum Lingkar Pena Jambi
(ii)
Pengantar:
NEGERI CINTA BATANGHARI, SEBUAH LOCAL GENIUS
Apa yang menarik bagi pembaca ketika berhadapan dengan sebuah teks? Tentu saja banyak hal, di antaranya adalah kebaruan dan sesuatu yang mungkin belum dikenalnya. Eksplorasi rasa ingin tahu dan jarak antar pengetahuan itulah yang mendorong budaya dan ilmu pengetahuan berkembang. Forum Lingkar Pena sebagai wadah bagi para pegiat aktifitas membaca, menulis, meneliti, dalam disiplin universalitas Islam dan keorganisasian memiliki semangat ini. Sejak tahun 1997 hingga saat ini, terus menerus bermunculan wajah-wajah baru para penulis muda, dari para pendahulunya seperti Helvy Tiana Rosa, Asma Nadia, Izzatul Jannah, Muthmainnah, Irfan Hidayatullah, Gol A Gong, Pipiet Senja, Habiburahman El-Shirazy, Ali Muakhir, Halfino Berry, Afifah Afra, Sinta Yudisia hingga kemudian bermunculan penulis-penulis muda usia seperti Benny Arnas, Deny Prabowo, A. Fuadi, Rahmadiyanti, Aries Adenata, hingga para penulis muda dari Jambi seperti Berlian Santosa, Muhyidin NR, Mei Sarah dan lain-lain.
Jika para pendahulu Forum Lingkar Pena membawakan teks yang terkait dengan zamannya, yakni saat munculnya gairah keislaman pada tahun 1990-an dengan tegas, dan lokalitas Islam yang cenderung hitam-putih, maka saat ini para penulis muda FLP membawakan teks dengan muatan konteks yang lebih baur, lentur dan luwes dalam tendensnya, diantaranya dengan memilih nilai-nilai kearifan lokal. Salah satu ciri itu terungkap dalam antologi ini.
Dalam disiplin antropologi dikenal istilah local genius. Local genius ini merupakan istilah yang mula pertama dikenalkan oleh Quaritch Wales. Para antropolog membahas secara panjang lebar pengertian local genius ini (Ayatrohaedi, 1986). Antara lain Haryati Soebadio mengatakan bahwa local genius adalah juga cultural identity, identitas/kepribadian budaya bangsa yang menyebabkan bangsa tersebut mampu menyerap dan mengolah kebudayaan asing sesuai watak dan kemampuan sendiri (Ayatrohaedi, 1986:18-19). Sementara Moendardjito (dalam Ayatrohaedi, 1986:40-41) mengatakan bahwa unsur budaya daerah potensial sebagai local genius karena telah teruji kemampuannya untuk bertahan sampai sekarang. Ciri-cirinya adalah mampu bertahan terhadap budaya luar, memiliki kemampuan mengintegrasikan unsur budaya luar ke dalam budaya asli, mempunyai kemampuan mengendalikan, dan mampu memberi arah pada perkembangan budaya maupun mengakomodasi unsur-unsur budaya luar.
Dalam cerpen-cerpen antologi “Negeri Cinta Batanghari” ini, kawan-kawan penulis muda FLP Jambi berupaya menghadirkan wajah lokal untuk menarik pembaca tentang kearifannya. Simak, kelucuan bercampur gaya ironi yang dihadirkan oleh Berlian Santosa dalam Dongeng Wak Kuncai, sebuah sindiran halus bagi para pemimpin tentang performa mereka di hadapan rakyatnya. Saya yakin Anda akan terkesima. Tak percaya? Silakan saja Anda lanjut membacanya. Saya yakin Anda bersepakat dengan Saya.
Salam.
Izzatul Jannah
Ketua Umum FLP periode 2009-2013
APA KATA MEREKA TENTANG “NEGERI CINTA BATANGHARI”:
”Saatnya para penulis di luar Jawa mewarnai kesusastraan Indonesia. Mereka membawa warna lokal yang khas dan memperkaya pembaca. (Gol A Gong, Ketua forum Taman Bacaan masyarakat Indonesia)
“Mereka adalah potensi yang ter(di)sembunyikan oleh hegemoni kebudayaan lokal. Teruslah melangkah. Masa depan kebudayaan (sastra) Jambi ada pada mereka.” (Nurul Fahmy, Redaktur Budaya Koran Jambi Independent).
“Kawan-kawan penulis muda FLP Jambi berupaya menghadirkan wajah lokal untuk menarik pembaca tentang kearifannya.” (Izzatul Jannah, Ketua Umum Forum Lingkar Pena Pusat)
“Negeri Cinta Batanghari menunjukkan bahwa Jambi kaya akan tema eksotik. Dan pengarang-pengarang dalam buku ini, bukan sekedar berbakat, tapi juga berani mengekspresikan kegelisahan dengan menjadikan tradisionalitas sebagai unsur pembangun karya. Tabik! (Benny Arnas, Cerpenis, Peraih Krakatau Award 2009-2010)
“Negeri Batanghari? Jadi ingat sungai Batanghari Sembilan, yang mengalir di tanah Jambi. Sukses buat kumcernya. Smg kumcer serupa bermunculan dr tiap daerah. Membawa tema kearifan lokal.” (Edelwise Ayyesha Tsurayya, facebooker)
***
Langganan:
Postingan (Atom)